Pada hari-hari libur, banyak diantara
kita pergi ke daerah pegunungan. Di sana kita duduk-duduk bersuka ria di
bawah pohon-pohon rindang, memandang indahnya pemandangan. Di sana, di
tengah lingfkungan kebun, sawah, dan hutan, kita menenangkan pikiran.
Sementara itu di bagian lain dari pegunungan, serombongan pramuka
berkemah, bernyanyi bersama. Beberapa pemuda pencinta alam dengan gairah
memasuki hutan mendaki gunung. Alam yang indah, hutan yang hijau, tanah
yang subur dan air yang menyejukkan sebagai tempat rekreasi telah
banyak disadari orang. Tetapi apakah hanya itu manfaat hutan, tanah dan
air ? Tidak. Ia ternyata memberikan sumbangan yang lebih besar ke dalam
hidup kita.
Hutan dan pepohonan adalah penghasil kayu bakar dan kayu
sebagai bahan untuk meja, kursi, lemari, rumah kita sendiri, kertas,
pakaian, dan masih banyak lagi. Di samping itu menghasilkan pula
buah-buahan, getah, damar, minyak dan bahan-bahan lainnya untuk memenuhi
kebutuhan kita sehari-hari untuk industri dan eksport. Hutan berperan
pula sebagai pelindung bagi kelestarian alam tumbuh-tumbuhan dan marga
satwa.
Tanah adalah tempat kita berpijak dan tempat kita melakukan
berbagai upaya kehidupan kita. Dari tanah kita memperoleh bahan yang
kita perlukan sehari-hari dan dari tanah pulalah kita mendapatkan air.
Air
hujan yang jatuh ke bumi sebagian meresap ke dalam tanah dan sebagian
lagi mengalir ke permukaan. Air yang meresap tadi lama-kelamaan akan
sampai pada lapisan yang kedap air, kemudian mengalir dan berhimpun
untuk muncul kembali sebagai mata air. Mata air bergabung lalu menjadi
sungai. Sungai mengairi sawah dan kolam-kolam ikan, memberi minum ternak
serta memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sungai menggerakkan
kilang-kilang dan memutar turbin-turbin listrik yang menghasilkan
penerangan di kota dan desa. Sungai sebagai urat nadi bagi perdagangan,
komunikasi dan hubungan antar manusia dilancarkan. Tetapi apakah akan
selalu demikian keadaannya ? Ternyata tidak. Air akan tersedia sesuai
dengan yang diperlukan apabila tanah pegunungan dan tanah berlereng lain
trerlindung dan terpelihara dengan adanya hutan dan pepohonan.
Hutan
dan pelindung tanah lainnya adalah pengendali air bagi kehidupan kita.
Pepohonan yang menutup tanah akan menahan air hujan sehingga tidak
langsung jatuh kepermukaan tanah. Di samping itu daun-daunnya yang
berguguran membentuk lapisan humus yang mampu menyerap air dengan baik.
Dengan demikian tanah yang berpelindung dapat mengatur air jauh lebih
baik, sehingga tidak berlebihan pada musim penghujan dan tidak
kekurangan pada musim kemarau.
Apabila tanah tidak terlindung, hujan
akan jatuh dengan keras langsung ke permukaan tanah. Butir-butir tanah
akan pecah dan menutup pori-pori tanah. Akibatnya air tidak dapat
meresap dengan baik ke dalam tanah. Keadaan ini menyebabkan adanya
kelebihan air di permukaan tanah yang mengakibatkan banjir dan bila
kemarau, terjadilah kekeringan.
Air yang tidak meresap dan mengalir
di atas tanah akan mengkikis permukaan tanah. Pengikisan tanah disebut
erosi. Lapisan tanah sebelah atas adalah lapisan yang paling subur.
Erosi menghanyutkan lapisan yang paling subur itu, terus-menerus sampai
tanah menjadi tandus. Sementara itu tanah yang terbawa erosi menyebabkan
sungai-sungai, waduk, danau dan perairan lainnya menjadi dangkal.
Tanah harus kita selamatkan, harus kita pelihara, agar tidak habis terkikis erosi dan tidak mengkikis masa depan kita.
1. Apa yang merusak hutan, tanah dan air ?
Selain
bencana alam, manusia yan tidak bijaksana merupakan penyebab utama
kerusakan hutan, tanah dan air. Hutan yang hijau dan rimbun sering
dikorbankan untuk memenuhi kebutuhannya. Hutan dibuka dan ditebang untuk
dijadikan ladang, kebun dan tempat pemukiman tanpa memperhatikan
keselamatan lingkungan.
Kita pernah mendengar ada beberapa daerah
gersang di Indonesia, misalnya daerah Gunung Kidul. Daerah-daerah itu
dahulunya adalah hutan yang rimbun. Besar kemingkinan penduduk
daerah-daerah itu tanpa sadar telah membuka hutan secara serampangan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Perbuatan in melahirkan bencana
seperti erosi, banjir, kekeringan dan hilangnya kesuburan tanah. Setelah
berlangsung berpuluh tahun timbullah tanah tandus. Itu semua jelas
mengancam kehidupan kita.
Apa sajakah yang dilakukan manusia yang tanpa disadarinya dapat merusak hutan, tanah dan air ? marilah kita lihat.
a. Perladangan liar
Perladangan
liar merusak kelestarian hutan, tanah dan air. Mengapa demikian? mereka
yang berladang secara liar membuka hutan, membakar, kemudian
menjadikannya ladang. Setelah bebrapa kali panen hasilnya menurun.
Kemudian ditinggalkan begitu saja dan pindah untuk ladang lagi di tempat
lain. Tindakan ini menyebabkan tanah yang sudah berkurang kesuburannya
itu, terbuka dan dimakan erosi. Dalam keadaan demikian mudah ditumbuhi
alang-alang dan tanahpun menjadi terlantar, tidak memberikan hasil
apa-apa lagi. Jutaan hektar padang alang-alang tedapat di Indonesia dan
setiap tahun bertambah, benar-benar merupakan tantangan bagi kita.
b. Cara bertani yang salah
Di
beberapa daerah banyak kita jumpai petani menanam tanaman pangan di
lereng-lereng bukit. Cara bertani seperti ini salah sebab apabila turun
hujan, air akan mengerosi tanah, sehingga kesuburannya cepat sekali
menurun. Untuk bertani di daerah lereng, harus dibuat teras atau
sengkedan terlebih dahulu. Cara bertani lainnya yang juga salah yaitu
bertani di daerah lereng dengan arah penanaman yang keliru. Tidak perbah
memupuk atau bertanam satu jenis tanaman semusim terus menerus, juga
merupakan cara bertani yang salah, yang dapat merusak kelestarian tanah
dan air.
Pada tanah yang curam, tanaman semusim sama sekali tidak
boleh ditanam, walaupun telah dibuat teras terlebih dahulu. Selain
erosi, bahaya longsor sangat mengancam pada tanah-tanah yang curam ini,
karena harus ditumbuhi dengan tanaman keras.
c. Penyerobotan tanah dan penebangan liar
Apa
penyebab terjadinya penyerobotan tanah dan penebangan liar ? pertama
karena kurangnya kesadaran masyrakat akan pentingnya menjaga kelestarian
hutan, tanah dan air. Kedua karena meningkatnya kebutuhan dan pemakaian
kayu yang tidak seimbang dengan penyediaannya yang dapat merangsang
pencurian.
d. Penggembalaan liar
Ternak yang dilepas ke
dalam hutan tanaman muda, merupakan gangguan yang berbahaya, karena akan
memakan segala macam tanaman yang disukainya. Tanaman muda mati,
sedang tanah rusak terinjak-injak. Kejadian ini jelas akhirnya akan
merusak hutan, tanah dan air.
Kerusakan terjadi juga di tanah milik
petani, bila ternak digembalakan secar liar di sana. Ternak yang
dikandangkan akan mengurangi kemungkinan kerusakan itu.
Kurang
tersedianya makanan ternak di desa yang sering menjadi alasan
penggembalaan liar, lebih diperparah lagi oleh kurangnya kesadaran
masyrakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan, tanah dan air.
e. Kebakaran hutan
Hutan
yang terbakar, bukan hany akita yang menjdai korban, anak cucu kita
ikut menderita karenanya. Karena kebakaran hutan, pepohonan akan rusak
binasa. Seingga tidak akan ada lagi pelindung tanah dan pengikat air
banjir, erosi dan kekeringan akan timbul.
Kebakaran dapat terjadi
karena api yang berasal dari korek api, puntung rokok, api perkemahan
dan lain-lain. Yang paling utama adalah unsur kecerobohan.
2. Perusakan Hutan, Tanah dan Air, apa akibatnya?
Dari
uraian tentang apa saja yang merusak hutan, semuanya bisa mengaikatkan
rusaknya hutan, sehingga menjadikan hutan gundul. Keuntungan dari itu
semua tidak sebanding dengan kerugiannya. Yang tentu saja berujung pada
bencana, diantaranya bencana banjir, erosi, kekeringan dan akhirnya
menimbulkan kemiskinan.
a. Tanah gundul
Hasil yang pertama kita
petik dari kerusakan hutan adalah tanah gundul. Akibatnya tanah terbuka,
gersang, tanaman kerdil dan merana, sumber-sumber air kering dan hawa
panas mencekam.
b. Banjir dan kekeringan
Kalau
sudah tanah gundul, hutan tidak lagi menyerap air, tidak ada pengikat
air pada tanah, apalagi kalau tidak terjadi bencana banjir? Air hujan
yang turun akan langsung mengalir menuju anak sungai sambil membawa
kikisan tanah sehingga bisa mengakibatkan pendangkalan sungai. Banjir
akan datang tanpa diundang.
Demikian sebaliknya karena tidak adanya
penyerapan sehingga tidak ada tampungan air, begitu kemarau datang yang
terjadi sumber mata air mati, hulu sungai kering, pada akhirnya
terjadilah kekeringan.
c. Kemiskinan
Kalau semua itu sudah
terjadi pada lingkungan kita, apalagi kalau bukan ekonomi yang
amburadul sebagai akibatnya. Dengan keadaan hawa yang panas karena tidak
adanya tanaman pengayom, kalau musim hujan banjir, kalau kemarau
bencana kekeringan terjadi. Seberapapun kayanya seseorang tidak akan
mampu menghalau banjir, tidak akan mampu menghindar dari kekeringan,
kemana ia akan bermukim kalau bumi yang tempat ia singgah telah
dirusaknya.
3. Bagaimana mencegah perusakan hutan, tanah dan air?
Usaha
pemulihan kelestarian hutan akan menjadi kurang berarti, apabila tidak
ditunjang oleh usaha-usaha pencegahan. Usaha-usaha pencegahan apakah
yang dapat kita lakukan ?
a. Usaha Teknis
Usaha ini sesuai pada
keadaan kerusakan alam tersebut. Dalam arti jika kalau kerusakan alam
dikarenakan penebangan liar, maka hendaknya masyarakat lebih
mengutamakan kelestarian lingkungan, karena hutan merupakan hajat orang
banyak. Dan jangan lupa habis menebang harus menanam. Begitupun dengan
kebakaran hutan, penggembalaan ternak secara liar, juga penanaman yang
tidak benar baik jenis tanaman maupun cara penanamannya. Hal yang
demikian itu secara teknis harus diperhatikan guna pencegahan bencana
yang terjadi. Karena faktor kecerobohan menjadi penyebab utama, maka
faktor ini harus diprioritaskan penanganannya.
b. Usaha perbaikan sosial ekonomi
Usaha
ini berkaitan dengan program pemerintah mengenai transmigrasi, keluarga
berencana juga program peningkatan usaha tani. Karena kerusakan hutan
terjadi pada lingkungan padat sementar lahan sosial ekonominya sempit,
sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk meningkatkan taaf ekonomi
mereka melakukan perladangan liar. Ditambah lagi dengan minimnya
pengethuan cara bercocok tanam semakin menambah peluang terjadinya
kerusakan hutan, tanah dan air yang bisa berakibat pada bencana alam.
c. Usaha pendidikan dan penyuluhan
Berhasil
tidaknya usaha pencegahan perusakan hutan, tanah dan air, pada akhirnya
ditentukan oleh sikap kita juga. Sikap tidak mau tahu, tidak peduli,
tidak membantu, biasanya dikarenakan minimnya pengetahuan. Cara
mengatasinya adalah melalui usaha pendidikan dan penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan ini bia dilakukan dimana saja, pada siapa saja dan oleh siapa
saja dengan catatan mempunyai keinginan melestarikan lingkungan, namun
juga mempunyai keterampilan juga pengetahuan di bidang itu, sehingga
diharapkan penyuluhan maupun pendidikan yang dilaksanakan tidak
melenceng atau bahkan tidak tepat sasaran.
4. Bagaimana memulihkan kelestarian hutan, tanah dan air
Diantara jalan yang harus ditempuh untuk memulihkan kelestarian hutan, tanah dan air adalah :
a. Penghutanan kembali (Reboisasi)
Reboisasi
adalah penghutanan kembali lahan gundul. Usaha pemerintah ini tidak
mungkin dilaksanakan sendiri, bayangkan berapa hektar lahan yang harus
dihutankan kembali. Maka dari pada itu seluruh komponen masyarakat turut
serta bertanggung jawab atas kelestarian hutan, tanah dan air.
b. Penghijauan
Tanah
hutan yang gundul bukan satu-satunya sumber malapetaka. Tanah kita
sendiri yang berada di sekitar rumah, dan desa, juga akan menjadi
ancaman apabila dibiarkan terbuka dan terlantar. Di samping itu
tanah-tanah lain seperti tanah desa, dan tanah negara bebas, tanah bekas
perkebunanm juga tidak boleh lepas dari perhatian kita. Tanah yang
berada di luar kawasan hutan ini, bila gundul juga harus dihijaukan.
Jangan biarkan ada tanah sejengkalpun yang tidak ditanami.
Penghijauan
adalah menanami tanah-tanah tagalan, bukit-bukit gundul di luar kawasan
hutan dengan pohon-pohon dan ruput-rumput serta usaha-usaha pengawetan
tanah.
1. Penanaman pohon-pohonan dan rumput
Penanaman pohon ini
yaitu dengan menanam tanaman produktif, selain menanam yang memang hanya
digunakan tanaman pelindung. Sehingga diharapkan masyarakat juga bisa
mengambil hasil dari tanaman, disamping ia menanam keseimbangan alam.
Penghijauan tidak terbatas pada usaha dengan bantuan pemerintah saja,
prakarsa masyarakat untuk melakukan penghijauan dengan swadaya sendiri
sangan dirapkan. Karena tanah-tanah rusak yang berada di sekitar kita
adalah ancaman terdekat bagi kita semua.
2. Pengawetan tanah
Proses
pengawetan tanah sendiri dengan kualitas sumber daya manusia yang
mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni. Yaitu ketika lahan
yang harus direboisasi adalah lahan mring, berada di lereng atau
perbukitan, maka bagaimana cara dan tanaman apa yang cocok untuk
dilakukan penghijauan. Diantaranya dengan dibuatkan guludan, tanaman
dengan metode untu walang (Zig-Zag) atau dengan pengaturan jenis tanaman
sesuai dengan musim. Jadi tidak pada satu jenis tanaman saja sepanjang
tahun. Pemupukan yang benar dan pembuatan saluran irigasi yang benar
tentunya akan berdampak pada keawetan tanh itu sendiri.
5. FUNGSI HUTAN SEBAGAI TATA AIR DAN TANAH
Baru-baru
ini kita dihadapkan pada berita tentang kerusakan alam. Entah itu
akibat dari gempa, tanah longsor, banjir ataupun angin topan. Semua itu
berhubungan dengan kerusakan hutan yang terjadi pada alam kita ini.
Gempa terjadi karena tanah yang kita tempati menjadi labil. Dikarenakan
sudah tidak ada lagi pengikat atau perekatnya. Sehingga jika ada getaran
alam tanah menjadi retak, ibarat mobil sudah tidak ada peredamnya.
Begitu juga dengan longsor, terjadi karena memang tanah sudah tidak ada
pengikatnya. Banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi sementara
tidak adanya penyerapan pada tanah, yang terjadi bukan tanah yang
menyerap air, namun airlah yang mengikis tanah. Adanya angin topan,
puting beliung, badai yang menghancurkan rumah, memang dikarenakan angin
yang bertiup sangat kencang sementara tidak ada penahan. Sehingga angin
bergerak bebas. Kita bisa merasakan perbedaan saat kita berada pada
lingkungan hutan dengan saat kita tanah lapang. Kecepatan angin di tanah
yang lepang terasa lebih kencang dibanding ketika kita berada di balik
penahan, entah itu gedung, rumah atau tumbuhan. Andai saja masih ada
pepohonan angin yang kencang perlahan-lahan akan tertahan, sehingga
tidak sampai merusak alam kita.
Secara garis besar fungsi hutan
adalah sebagai pengatur tata air di bumi. Sebab dengan adanya hutan air
hujan tidak langsung mengalir menuju sungai yang kemudian menuju laut.
Namun air itu akan meresap pada tanah yang diatasnya tumbuh tanaman.
Kalau tanah itu tidak ada tanamannya maka tidak ada peresapan. Jika ini
terjadi, kalau curah hujan tinggi, maka debit air akan tinggi pula,
sementara laut tidak bisa lagi menampung air yang datang. Akibatnya air
laut meluap, sehingga bisa menyebabkan terjadinya banjir. Namun andai
saja di atas tanah itu ada tanamannya, otomatis tanaman ini akan
menyerap air hujan dan akan menahan beberapa saat sehingga ia dapat
mengatur lajunya air. Sehingga air yang mengalir ke laut bisa
dikendalikan.
Dari asalnya air hujan itu bening, tapi mengapa ketkika
ia mengalir di sungai menjadi keruh? Karena telah bercampur tanah yang
terkikis oleh air hujan. Kenapa tanah terkikis air hujan? Dikarenakan
tidak ada pengikatnya. Dan untuk mengikat tanah itu diperlukan adanya
tanaman di atas tanah tersebut. Kita bayangkan seandainya hujan turun
dalam sehari semalam, berapa jumlah tanah yang akan terkikis? Jika hal
sedemikian terjadi secara terus menerus maka tentunya semakin tipis
lapisan tanah ini. Padahal terbentuknya tanah melalui proses pelapukan
yang beribu-ribu tahun lamanya. Bagaimana tanah yang kita tempati ini
akan awaet? Setidak-tidaknya seandainya kita tidak bisa membuat tanah
baru, kita menjaga apa yang sudah ada.
Air yang bersih, jernih dan
segar tentunya bukan dari air hujan. Melainkan dari sumber mata air.
Namun dari mana sumber air akan mengeluarkan air andai tanah tidak
mempunyai simpanan air. Dengan adanya hutan maka tanah akan mempunyai
simpanan tanah. Sehingga pada saat musim kemarau air itu masih bisa
untuk kelangsungan hidup makhluk hidup.
Dengan adanya hutan maka
perputaran kehidupan di bumi ini akan berjalan normal. Daun-daun yang
gugur akan menjadi pupuk, karena pupuk itu berasal dari bahan yang bisa
hancur (organik) maka tidak akan merusak tanah. Sebaliknya tanah akan
menjadi subur. Berbeda dengan pupuk non-organik, memang pupuk ini bisa
membuat tanaman menjadi subur, tapi disamping itu ia juga bisa menjadi
racun bagi tanah tersebut.
Kalau kita mau memperhatikan lebih
seksama, hewan peliharaan kita tidaklah ia lebih segar saat dia kita
kurung dalam kandang dibandingkan bila ia dilepaskan. Hidup di alam
bebas bagi makhluk hidup adalah kemerdekaan. Dengan adanya hutan, maka
segala proses kelangsungan makhluk hidup akan berjalan dengan normal. (
sumber )