Kian Parah, Erosi Lukulo Ancam Pemukiman

bidiknews : KEBUMEN, Kerusakan lingkungan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Lukulo kian memperihatinkan. Akibat tanggul sungai jebol karena erosi, lima warga Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong harus kehilangan tempat tinggal.  Sedangkan lima lainnya terancam. Ambrolnya tanggul sungai pun telah menghanyutkan puluhan makam di areal pemakaman umum (TPU) desa setempat.

Salah satu warga yang kehilangan rumah, Durohman (48) mengatakan, terpaksa harus hidup menumpang di rumah mertuanya setengah tahun terakhir. “Saat dapur sudah mulai ambles, rumah masih saya tinggali. Hingga kemudian, seluruh (rumah)nya ambruk, baru saya pergi (meninggalkan rumah),” ujar warga Rt 02/05 Dukuh Entak, Desa Kedungwinangun, Senin (13/6).
Ketua RT 02/05 Wakhid menuturkan, di  wilayah itu, ada sekitar lima rumah yang sudah rata dengan tanah akibat jebolnya tanggul sungai. Selain Durohman yang telah disebutkan, empat KK lain sudah kehilangan rumah. Mereka adalah alamarhum Asmuni Slamet, Dulwakhid, Dasuki dan Mad Ilyas. “Syukurlah sanak keluarga alamarhum sudah punya rumah sendiri-sendiri. Hanya pak Durohman yang saat ini harus menumpang di rumah mertua,” katanya.
Kata Wakhid, masih ada 4 rumah lain yang bisa setiap saat. Mereka adalah Romelan, A Fadoli, Rohmat dan Muhyani. Karena takut, sebagian diantaranya memilih mengosongkan rumah. Sebagian lagi, memilih bertahan karena tidak tahu harus kemana. "Saya sangat perihatin, namun tidak bisa berbuat apa-apa," ungkapnya  pasrah.
Terpisah, Kepala Desa Kedungwinangun Mustaqim mengatakan, tanggul sungai yang ambrol pun telah menghanyutkan 10 makam milik warga. Bukan tidak mungkin, pemakaman yang berada di Rt 02/08 Dukuh Pedana tersebut akan hanyut terbawa air."Sebagian ahli waris  sudah memindahkan ke lokasi yang aman," katanya seraya mengatakan, sudah ada enam makam dipinddah.
Erosi pun membuat bibir sungai terus mendekati pemukiman warga. "Saat ini lebar kali (sungai) mencapai sekitar 40 meteran dan dibeberapa bagian bahkan mencapai 50 meteran yang semula tidak mencapai 20 meter," katanya.
Menurut Mustaqim, jebolnya tanggul sungai disebabkan karena struktur tanah yang memang mubyar (berdebu,red) sehingga mudah ambrol. Warga pun sudah pernah berupaya menahan laju erosi sungai dengan membuat patok dari pohon kelapa dan pohon bambu di bantaran tanggul sungai. Namun sayang, upaya tersebut tidak berhasil. "Alternatif lain memakai pasir yang dimasukan karung sebagai penahan agar tanah tidak ambrol juga tidak kuat, ” imbuh Mustaqim.
Pihak desa sudah melaporkan ke Pemerintah Kabupaten agar ada penanganan. "Tapi sampai hari ini belum ada respon sama sekali, hanya ada survai tiga kali dari PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air) Jogjakarta, namun sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya," kata Kades berperawakan subur ini.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Seputar kapung HIjau, lingkungan dan pertanian - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger